just song

Boyce Avenue Ft. Fifth Harmony - Mirrors (Cover)

Powered by www.Mp3Olimp.net

Selasa, 04 Desember 2012

how I felt going to work after shaving

How I felt going to work after shaving.

hey Doc, I got something wrong with my eyes

Something wrong with my eyes.

Uncle Kracker — Smile

Uncle Kracker - Midnight Special

You're better then the best
I'm lucky just to linger in your light
Cooler then the flip side of my pillow, that's right
Completely unaware
Nothing can compare to where you send me,
Lets me know that it's ok, yeah it's ok
And the moments where my good times start to fade

You make me smile like the sun
Fall out of bed, sing like a bird
Dizzy in my head, spin like a record
Crazy on a Sunday night
You make me dance like a fool
Forget how to breathe
Shine like gold, buzz like a bee
Just the thought of you can drive me wild
Ohh, you make me smile

Even when you're gone
Somehow you come along
Just like a flower poking through sidewalk crack and just like that
You steal away the rain and just like that
[ Lyrics from: http://www.lyricsty.com/uncle-kracker-smile-lyrics.html ]
You make me smile like the sun
Fall out of bed, sing like a bird
Dizzy in my head, spin like a record
Crazy on a Sunday night
You make me dance like a fool
Forget how to breathe
Shine like gold, buzz like a bee
Just the thought of you can drive me wild
Ohh, you make me smile

Don't know how I lived without you
Cuz everytime that I get around you
I see the best of me inside your eyes
You make me smile
You make me dance like a fool
Forget how to breathe
Shine like gold, buzz like a bee
Just the thought of you can drive me wild

You make me smile like the sun
Fall out of bed, sing like a bird
Dizzy in my head, spin like a record
Crazy on a Sunday night
You make me dance like a fool
Forget how to breathe
Shine like gold, buzz like a bee
Just the thought of you can drive me wild
Ohh, you make me smile 

Jumat, 16 November 2012

Slang Words And Expression



Slang words are words that are understood by a certain group of people. The reason for being in a group could be cultural, religious, linguistic, or country of origin. Slang words are outside the language that is used by most people.
The creation of slang words and expressions is one of the ways that language changes over time. A group will use a certain word and after time, it may become widely used.  Then it can become a part of most people’s vocabulary.
Slang words can be abbreviations, taking a word and expanding its meaning, a word with a different meaning, or a totally new word. Some things that slang words are not is: dialect, colloquialism, advertising slogans, jargon, graffiti, catch phrases, or a special language that a secret society makes up and uses.

ghetto dictionary part II


Here are some examples of ghetto slang from these dictionaries:
  • aight - short for alright
  • be easy - be calm
  • beef - serious trouble
  • bling - very shiny jewelry
  • buggin - acting silly
  • churrin - children
  • crew - a group of people working together
  • crib - your home
  • crunk - excited, enthusiastic
  • dis - harass
  • finna - about to do something
  • fitty - fifty
  • folks - people or acquaintances
  • fresh - brand new or great
  • grill - face or personal space
  • hood - your neighborhood
  • ice - diamonds, jewelry with lots of diamonds
  • jet - leave in a hurry
  • jocking my style - copycatting
  • kicks - shoes
  • mad - many
  • math - phone number
  • mo - more
  • off the hinges - outstanding
  • paper - money
  • peep - friend; to look at something
  • po-po - the police
  • rollout - to leave
  • shoot the five - to fight
  • slammin - something really great
  • tight - cool or nice
  • vibe - how you feel
  • wack - terrible, not good
  • yayo - money
  • yo - a greeting; short for “your”

Senin, 05 November 2012

Pendidikan di Indonesia Tidak Terfokus


Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin menurun. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.

Pendidikan di Indonesia selama ini terkesan tidak terfokus, ganti menteri pendidikan maka ganti juga kurikulum dan sistem pendidikannya. Pendidikan di Indonesia kurang membentuk kepribadian akademis (academic personality) yang utuh. Kepribadian akademis sangat penting dimiliki oleh pelaku pendidikan (anak didik dan pendidik) yang akan maupun yang sudah menguasai ilmu pengetahuan. Kepribadian akademislah yang dapat membedakan pelaku pendidikan dengan masyarakat umum lainnya. Perkembangan pendidikan di Indonesia tak ubahnya seperti industri, pendidik hanya bertindak sebagai pencetak produk masal yang seragam tanpa memikirkan dunia luar yang berubah menjadi lebih rumit. Cara pendidik mengajar juga cenderung mengarah pada pembentukan generasi muda yang dingin dan mengagungkan individualisme. Diskusi yang bersifat dialog jarang terjadi dalam proses pendidikan kita, bersuara kadangkala diartikan keributan yang dikaitkan dengan tanda bahwa anak yang bersangkutan tidak disiplin atau bahkan dianggap bodoh. Kondisi pendidikan utamanya di perguruan tinggi dewasa ini terlihat kurang kondusif dan kurang konstruktif karena terjadi gejala sosial yang kurang baik muncul dalam lingkungan kampus. Konflik antar mahasiswa atau pimpinan lembaga pendidikan tinggi telah terjadi di beberapa kampus, sehingga citra lembaga pendidikan tinggi agak mengalami kemunduran. Tampaknya pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu mewujudkan watak dari ilmu pengetahuan yang bersifat terbuka.

Ilmu pengetahuan menolak adanya sifat tertutup. Apa yang dianggap benar harus dapat dibuktikan (diverifikasi) secara terbuka di depan publik. Jika kita mengatakan bahwa air yang dipanaskan sampai 100 derajat celcius akan mendidih, maka dipersilakan semua orang untuk membuktikan fenomena tersebut. Karena itu kalangan akademisi harus memiliki sifat keterbukaan tersebut, kita harus dapat mengembangkan pengetahuan baru seperti konsep dan teori baru secara terbuka dan bukan untuk disembunyikan seperti dalam budaya konservatif. Pada awalnya ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari dunia pendidikan berposisi untuk melakukan perlawanan terhadap mitos-mitos, seperti perlawanan Socrates terhadap tradisi mitologi budaya Yunani kuno yang percaya akan adanya dewa-dewi dan menganggapnya sebagai segala galanya. Socrates sangat percaya bahwa akal manusia dapat menjadi sumber kebenaran. Maksud dari perlawanan ini bahwa ilmu pengetahuan mengembangkan watak rasionalitas dalam menjalankan proses pendidikan. Ditengah gejala kurang fokusnya orientasi pendidikan kita, pendidikan di negara kita juga dihinggapi oleh masalah masih minimnya tingkat kesejahteraan para pendidik (kaum guru) yang mengemban tugas meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa yang dilabelkan kepada sosok guru telah membentuk kesadaran masyarakat tersendiri bahwa tugas guru hanya mencerdaskan bangsa tanpa mengurus kesejahteraannya sebagai manusia. Guru merupakan faktor yang penting dalam pendidikan, sebaik apapun sistem dan kurikulumnya yang dibuat, jika tidak didukung oleh profesionalisme guru maka bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal. Undang-Undang tentang Guru dan Dosen yang telah disahkan tidak secara cepat ditindaklanjuti oleh pemerintah.
Pemerintah dalam melakukan reorientasi pendidikan belum menyentuh substansi dasar pada pihak pendidik dan sarana prasarana belajar, selama ini pembaharuan baru ditunjukkan melalui perubahan perubahan kurikulum saja dan masih minim melakukan perbaikan sarana dan prasarana, kita bisa lihat di pedesaan banyaknya gedung gedung sekolah yang rusak dan kurang mendapat perhatian serius. Ada sesuatu yang krusial atas kompleknya permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia dimana anggaran pendidikan kita masih jauh dari anggaran yang digariskan yaitu 20% dari  APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) seperti disyaratkan oleh Undang Undang Dasar kita. Sebagai gambaran saja, untuk tahun 2006 anggaran pendidikan kita baru Rp 41,3 triliun atau sekitar 9,1% dari APBN, bahkan peningkatan anggaran pendidikan yang diajukan oleh pemerintah untuk RAPBN 2007 sangat tidak signifikan sekali yakni hanya menjadi Rp. 51,3 triliun atau sekitar 10,3 % dari RAPBN. Memang sebuah angka yang masih jauh dari kata cukup.

Jumat, 21 September 2012

ghetto words

I've been thinking that might be good to keep writing in English to avoid my vocabularies flying away. so lemme start this out. Furthermore, everyone all over the world can read it and take the advantage of it ( if there is). I think I'm interested to post some of Ghetto languages. Ghetto language is commonly called a slang words that only particular group of people who can understand it because they live with it. first of all I think I should apologize to you guys, cuz this post might contain some motherfuckerdumbass words. Here's some of ma Ghetto translation:
"You ball?" = Excuse me sir do you play basketball?

"I need to get on my sh*t"= I need to start focusing my mind in order to achieve all the things what I want in my life.

"moken troll = remote control"

"bafroom = bathroom"

"She's a bust down" = F**K her with the lights off and tell no one.

“I gotta bounce homie” = I am preparing to leave.

"F**k what you think" = I disregard everything that you have to say about me or to me.

"You Fishy!"= You're acting suspiciously.

"Suck a d*ck" = I don't agree with what you'e saying so be quiet by filling your mouth with a penis.

"Be straight up" = Don't lie to me. 

here we go niggas. i just posted my first 10 ghetto vocab, I'll keep posting the others. there are tons of it. 

Intro ga penting

okeh gini, sehubungan dengan tugas dari pak Oni, dedengkotnya TIK di SMA 5 Palembang, dan setelah dipertimbangkan memilah dan memilih maka saya putuskan blog ini saya aktifkan kembali setelah kurang lebih 4 bulan ga nulis, dan makin terasa sekali jari mulai nervous dan jaga jarak dengan keyboard si sahabat lamanya. okeh cukup intro garingnya yang tujuannya cuma untuk nambah posting biar nyampe 20. Im done with tha shit, check this out niggas!

Kamis, 17 Mei 2012

American Stuff


Ngomongin masalah "American Stuff" atau barang-barang yang ada di Amerika dan membandingkannya dengan barang-barang produksi Indonesia, menurut gue merupakan salah satu topik yang sangat bagus untuk dibahas dan dikupas tajam, setajam SILET !!! (udah mirip infotainment aja...). Tapi ga usah tajem-tajem deh, kita liat aja topik ini dari sudut pandang secara umumnya aja. Apa yang gue liat dan gue denger selama ini, banyak sekali masyarakat di Indonesia terlalu mendewakan barang-barang yang diimpor dari negeri paman Sam ini. Gue ga tau kenapa ya, tapi mungkin karena popularitas barang-barang dari Amerika yang terkenal dengan model-modelnya yang elegan dengan bahan-bahan yang berkualitas, menjadikan barang produksi Indonesia tersingkir. Bicara tentang model, berarti terikat dengan hal-hal yang berbau garmen atau baju-baju. Banyak sekali, ibu-ibu atau remaja-remaja putri (kebanyakan kalangan wanita, karena cowo biasanya kurang begitu peduli dengan penampilan, kecuali BoyBand) mereka akan bangga jika mereka memakai salah satu fashion item dari negeri paman sam tersebut. Tapi faktanya, barang-barang buatan Indonesia yang di ekspor ke Amerika, ternyata tidak kalah hebatnya. Kebanyakan warga Amerika, atau suku "Bule" ini sangat mengenal Indonesia dari Balinya. Kain Bali, batik Bali, barang-barang tersebut banyak sekali diminati oleh ibu-ibu arisan di Amerika (walaupun sebenernya gue ngga tau kalau di Amerika ada arisan atau ngga). Fashion item yang lainnya, sepatu contohnya, gue pernah nemuin di salah satu toko sepatu di sebuah mall besar di daerah rumah gue, gue nemu sepatu seharga $102 (kurang lebih Rp. 900.000 atau lebih) dan di boxnya tertulis "Made In Indonesia". Setelah melihat barang-barang tersebut, gue jadi mikir, kita seharusnya bisa lebih meningkatkan konsumsi pada barang dalam negeri ketimbang cape-cape, jauh-jauh, mahal-mahal beli barang dari luar negeri. Barang-barang Indonesia juga ngga jelek-jelek amat ko.
Kebutuhan primer lainnya selain pakaian adalah makanan. Banyak juga masyarakat di Indonesia yang ngga puas sama makanan khas negaranya sendiri. Ketimbang makan T3 (Tahu, Tempe, Teri) banyak sekali masyarakat kita yang lebih memilih makan burger, pizza, spagetti (gue juga suka sih sebenernya, tapi karena disini gue membela produk bangsa, gue harus pura-pura ngga suka. Tapi jangan kasih tau pembaca). Terus sebenernya, banyak juga makanan bangsa barat ini yang disangkut-pautkan dengan ANJING (biasa aja baca anjingnya). Contoh, Hot-DOG, Corn-DOG, Chilli-DOG, dan DOG-DOG yang lainnya. Ini sebenernya apa? Ini makanan barat apa makanan orang BATAK? Please deh guys, lo mendingan makan urap, lalap, teri, tahu, tempe, dan sebagainya ketimbang makanan dari barat yang ngga konsisten. Katanya Hot-DOG, tapi ko isinya sosis sapi? Kenapa bukan Sosis anjing? Terus lagi, makanan-makanan diatas itu sering disebut "Junk Food" yang berarti "Makanan Sampah". Lo tega masukin sampah ke perut lo? Mendingan juga "Jang Food" atau "Makanan buat si uJang" yang T3 tadi (halah, apasih!?)
Satu hal lagi, dari toko-toko pengusaha bangsa Amerika yang ada di Indonesia. Gue baru tau sekarang, kenapa mereka meng-invest toko-toko ini di Indonesia. Seven-Eleven dan Circle K deh contohnya. Gue bingung, kenapa di Indonesia, mini-market Amerika ini sangat digemari oleh remaja-remaja dan biasanya rame banget dan asik buat tempat nongkrong. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang gue liat di Amerika langsung. Yang namanya Seven-Eleven dan Circle K di Amerika, itu udah kaya Indomart dan Alfamart, sepiii banget... Ternyata mereka sendiri bisa dibilang terabaikan di Amerika. Mungkin kalau Alfamart sama Indomart buka cabang di Amerika, bisa sukses juga kali yaa (amiin...). Gue juga udah jarang liat yang namanya A&W (dibaca AW yang artinya American Warteg) di Amerika sendiri. Tapi kalau di Indonesia ko banyak dan laku banget ya? Mendingan makan di warteg-warteg biasa aja lah kalau judulnya sama-sama warteg.

Pesannya, cobalah kita mulai membuka pikiran kita, sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang baik dan menghargai serta mengkonsumsi produk-produk dalam negeri. Cobalah kita terapkan moto iklan MASPION, "Cintailah produk-produk INDONESIA", walaupun yang ngomong sebenernya orang Cina, tapi ngga apa-apa, mari kita mulai mengkonsumsi dan bangga akan produk dalam negeri.

American Education System

Berhubung gue adalah seorang siswa program pertukaran pelajar yg tugasnya nimba air (eh belajar maksudnya), jadi gue mau ngebahas tentang perbandingan mengenai pendidikan yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Amerika dengan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Sempet durhaka juga gue, karena topik ini seharusnya menjadi topik pertama yang gue tulis di blog ini. Karenanya, banyak sekali yang mengira kalau gue cuma jalan-jalan dan main-main aja. Sebenernya itu ngga salah juga, tapi gue di Amerika juga sekolah dan belajar. Mungkin untuk topik ini gue ngga bakalan nyelipin banyak hal-hal yang lucu, karena ini merupakan topik yang cukup serius.


Bicara masalah pendidikan memang cukup menarik, apalagi bagi gue dan ke 69 temen gue (69? angka yg bikin rada gimana gitu) lainnya yang ikut bareng gue ke Amerika. Nah, kalau bicara soal pendidikan di Amerika, ternyata memang ngga jauh berbeda dengan apa yang biasa kita lihat di film-film produksi Amerika. Bener banget guys, sekolah di Amerika bisa dibilang cukup mudah (bagi orang Amerika, soalnya buat gue tetep aja susah karena kadang otak gue lama banget loadingnya buat translate bahasa mereka) dan juga bebas (pake baju bebas, pacaran bebas, dan hal-hal bebas yang lainnya). Untuk mata pelajaran, sekolah-sekolah di Amerika mempersilahkan para muridnya untuk memilih mata pelajaran apa yang sekiranya mau mereka pelajari dan bermanfaat untuk mereka saat mencari pekerjaan. Namun, yang namanya matematika tetep mereka anjurkan dan bisa dibilang menjadi pelajaran yang wajib diambil karena syarat masuk perguruan tinggi. 


Satu hal enak banget tentang pendidikan di Amerika, siswa-siswi disini ngga usah repot-repot, panik, atau rusuh mukirin soal Ujian Nasional (UN). Soalnya di Amerika ngga ada yang namanya UN. Ada sih ujian yang sifatnya dari pemerintah state gitu dan itu diadakan secara online setiap akhir semester. Tapi kalau mereka gagal misalnya, mereka masih dikasih kesempatan untuk remedial dan ngga perlu sampai stres harus ngulang satu tahun lagi kalau gagal. Di Amerika juga, sekolah memang dijadikan sarana nomer satu penunjang kerja. Di sekolah gue contohnya, ada satu mata pelajaran yang bernama "Senior Project". Ini adalah kelas dimana semua anak kelas 12 SMA atau senior, diharuskan membuat sebuah rencana kerja untuk mereka ketika lulus nanti. Bisa dibilang semacam Praktek Kerja Lapangan (PKL), tapi disini murid-muridnya harus terjun langsung dan bekerja sebagai karyawan sementara. Contoh, salah satu temen gue berencana untuk menjadi seorang tukang salon. Dia harus membuat proposal, surat lamaran kerja, dan presentasi yang membuktikan bahwa dia pantes buat kerja di salon. Lalu, setelah dia mendatangi beberapa salon, ada salah satu salon yang tertarik untuk membantu dan membimbing dia dalam proyek kerjanya. Dia diberi kesempatan untuk bekerja di salon tersebut selama 3 minggu (2 hari/minggu) dan di akhir masa kerjanya dia harus memberikan presentasi mengenai apa yang telah dia lakukan dan rencana apa yang akan dia lakukan kedepannya. Jadi intinya, siswa-siswi disini bisa langsung dapet kerja walaupun mereka cuma lulusan SMA. Tapi tetep aja, kebanyakan dari mereka memilih untuk masuk ke universitas dibanding langsung terjun ke dunia pekerjaan.


Kuliah??
Bicara masalah universitas, ada satu hal yang menarik juga. Di Amerika, siswa-siswi yang rajin bisa langsung mengambil beberapa mata pelajaran di universitas yang akan dia masuki walaupun dia masih di high school dan belum lulus. Kakak angkat temen gue contohnya. Tahun seniornya dia habiskan untuk belajar di University of Oregon setiap sore setelah dia pulang dari high school dan pada saat weekend. Walhasil, setelah dia lulus dari high school, dia hanya perlu waktu satu tahun untuk menyelesaikan kuliahnya karena kebanyakan mata pelajaran di universitas tersebut udah dia ambil.

Sangat fleksibel sekali sistem pendidikan yang ada di Amerika, sehingga membuat siswa-siswinya senang untuk belajar tanpa adanya rasa tekanan. Mudah-mudahan aja, Indonesia beberapa tahun yang akan datang dapat menerapkan sistem yang lebih fleksibel dan tidak terlalu menekan para pelajarnya. Amiiin.

Minggu, 11 Maret 2012

Experience in USA

krek-krek-krek(muter pinggang).. Sob bloggers yg setia (heleh..), setelah sekian lama aku menunggu, eh maksudnya setelah sekian lama gua ga ngeblog akhirnya bisa nongol lagi di laman blog gua yang udah
berdebu dan disarangin laba-laba, barusan juga nemu ada gambel tidur di beranda blog gue. lho?!. gua semangat lagi buat ngeblog setelah baca entri entri blognya temen sekamar gua (kok kayak rada homo ya.. hah abaikan!) waktu orientasi di Jakarta dulu. berikut gua re-blog dari blognya dia @Me .wokeh, lets bekicot, eh cekidot maksud ane: 

      Masih membahas tentang berbagai macam pengalaman yang gue alamin selama gue jadi peserta pertukaran pelajar di Amerika Serikat. Tentunya, banyak hal yang sangat kontras, yang bisa gue bandingin sama kondisi yang ada di negara gue. Budaya, hal tersebut merupakan hal pertama yang menjadi tolak ukur perbedaan suatu negara dengan negara lain. Budaya itu bisa mempengaruhi segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat yang hidup (yang udah mati alias game over ga usah pusing-pusing mikirin perbedaan budaya) di negara yang bersangkutan (negara sama budaya udah nyangkut jadi satu paket).

        Berhubung gue sebagai peserta pertukaran pelajar, dimana tugas gue juga menimba air, eh, menimba ilmu maksudnya, banyak banget hal-hal ganjil yang gue liat di kehidupan sehari-hari siswa-siswi Amerika (gue pelajar apa pemburu hantu sih? Pake ngeliat hal yang ganjil segala?). Ganjil yang gue maksud disini bukan ganjil yang berhubungan dengan hal-hal yang mistis atau gaib (gue kan pelajar bukan dukun) tapi hal-hal yang menurut gue itu aneh, tapi nyata. Pergaulan yang menurut gue ga pantes, tapi mereka jalanin dan menjadi kebiasaan mereka sehari-hari. Untuk memahami dan merasakan, gimana sih rasanya "Being an American Student" itu, berarti gue harus membaur dan ngikutin segala kebiasaan mereka yang gue liat sehari-hari. Gimana caranya? Hal yang gue lakuin supaya gue bisa tau perilaku-perilaku pelajar Amerika yaitu Melihat, Meraba, dan Menerawang (ini mau observasi apa ngecek uang palsu sih sebenernya?). Eits, liat dulu penjelasan ketiga cara yang gue lakuin dibawah ini:
  1. Melihat. Ini hal pertama yang gue lakuin. Observasi, gue ngeliat tingkah laku mereka, cara mereka berpakaian, gaya mereka ngomong, gimana mereka di kelas, dan 1001 objek observasi lain yang ga bisa gue tulis satu-satu (soalnya kalau blog gue kepanjangan, orang malah jadi BT lagi bacanya) jadi lo cari tau sendiri lah sifat-sifat mereka yang bisa lo amati. Tapi, lo juga harus hati-hati dalam memilih objek observasi yang mau lu ketahui. Contoh, lo jangan ngambil objek "bagaimana perilaku siswa Amerika saat dia buang air besar? Atau saat dia mandi?" itu ga penting! Orang yang melakukan aktifitas di kamar mandi, semuanya sama. Bedanya kalau orang Amerika habis CURHAT (CURahan HAjaT maksud gue, atau BAB) mereka bersihin pabriknya pake tisu, kita pake air (dan itu sudah menjadi pengetahuan umum yang ga perlu lu observasi ulang secara detail. Tapi terserah lo juga sih). Dalam observasi, lo juga harus perhatiin cara lo mengamati. Jangan mentang-mentang gue suruh liat, lo jadi melototin orang yang jadi objek observasi lo dari awal lo ketemu dia sampe waktu memisahkan lo dan temen lo. Jangan! Lakukan observasi secara diam-diam (kaya detektif gitu).
  2. Meraba. Ngomongin soal raba-meraba, gue tau apa yang jadi pikiran lo pertama kali (sapuin tuh otak, ngeres mulu pikirannya. Jangan melihat seks dari sisi pornonya, tapi lo liat joroknya, eh, edukasinya maksud gue). Whatever you think, meraba yang gue maksud bukan meraba orang yang jadi objek observasi lo (kalau itu yang gue maksud, gue yakin yang cowo bakal nyari cewe sebagai objek observasi). Meraba disini maksudnya, lu raba, lu pegang diri lu sendiri, dan lu evaluasi diri lo: pakaian lo, gaya rambut lo, dompet lo (lho? Meraba dompet juga sangat penting, karena kalau gaya lo udah maksimal tapi lo kanker[kantong kering] sama aja bohong), dan semua penampilan lo udah sesuai belum sama temen-temen bule lo.
  3. Menerawang. Terawang bukan berarti lo harus ngintip atau bersikap seperti orang yang lagi nerawang tanda air di uang. Bukan, terawang disini maksudnya lo berfikir lebih jauh ke depan, kenapa siswa Amerika suka ini, suka itu, suka gini, suka gitu, dan semacamnya. Lo juga mikir, lo nyaman ga dengan semua perbedaan itu. Lu terawang ke depan, bayangin gimana kalau lo ikutin semua budaya mereka. Gue juga sering bayangin kalau gue ngikutin semua gaya mereka, dan gue suka sedih (ga kebayang jeleknya gue. Muka kampung mau sok gaul). Tapi kalau lo udah ngerasa pantes (sehabis lo maksain buat mantes-mantesin diri lo dengan gaya mereka), it's okay dude.
Setelah gue melakukan observasi berdasarkan metode di atas, gue nemuin berbagai kebiasaan buruk mereka (yang bisa kita ikutin di Amerika, tapi jangan dibawa pas pulang) dan kebiasaan baik mereka (yang harus kita ikutin dan terapkan nanti saat kita pulang).
Keganjilan-keganjilan yang temuin juga banyak. Berikut beberapa keganjilan yang menurut gue sangat bertentangan dengan budaya siswa-siswi Indonesia :
  1. Pake baju bebas ke sekolah. Berbeda dengan kebiasaan para siswa di Indonesia, yang dimana sekolah mewajibkan murid untuk memakai seragam ke sekolah. Siswa-siswi di Amerika boleh pake baju yang mereka suka setiap harinya. Gue sendiri, gue pergi ke sekolah cuma pake jeans, t-shirt, sama jaket (karena emang gue ga tahan dingin). Tapi gue sering liat temen-temen gue; ada yang pake kaos oblong+celana pendek. Mereka PD pake celana pendek, apa lagi cowo, soalnya mereka ga perlu malu sama bulu kaki mereka. Warna bulu kaki mereka kan pirang juga, jadi selebat apapun itu ga bakalan keliatan. Gue pernah coba pake celana jeans pendek ke sekolah, eh malah ada yang bialng, "eh, kenapa kamu pake kaos kaki item setinggi itu?" gue nyolot dong, "Itu bulu kaki guee!!! Bukan kaos kaki item!" terus gue sisirin biar rapi gitu kan (gue emang suka bawa sisir lipat khusus bulu kaki). Yang cewe, ada yang pake tangtop doang ke sekolah, celana ketat, baju ketat (gue terlalu banyak observasi di bagian ini nih kayaknya, hehe), dan hasil research gue mengatakan, tipe-tipe cewe yang berpakaian seperti ini merupakan tipe cewe yang RELATIF (RELA diinTIF--rela diintip maksudnya).
  2. Melegalisasikan pacaran di wilayah sekolah. Hal ini nih, yang sering banget bikin gue kesel. Setiap gue pulang sekolah, lagi nunggu bis sekolah gitu kan, pas gue nengok ada pasangan lagi peluk-pelukan lah, yang bikin gue heran, dari jauh ada guru yang malah nyiulin mereka 'suit-suiwww'. Terus kalau pasangan itu beda rumah, mereka akan berciuman sebelum salah satu dari mereka pergi duluan. Kan bikin gue sirik. Bukan maksud gue sengaja ngeliatin mereka gituan (pelukan maksudnya, bukan gituan yang lain) tapi mereka melakukan hal itu di depan gue (lebih dapet feelnya daripada nonton film romantis pake 3D). Gue ketawa, terus nunduk, dan kadang gue jadi galau. Cewe gue jauh, gue sendiri disini, tapi mereka ga peduli, sama pejuang-pejuang cinta online kaya gue (maksudnya gue cuman bisa berhubungan sama cewe gue via skype atau facebook). Tapi iman gue masih kuat ko. Gue juga sadar kalau gue belum boleh ngelakuin hal kaya gitu, karena itu haram (mungkin karena bibir gue belum dapet stempel halal dari MUI) dan dilarang oleh agama. 
  3. Partyyy. Pelajar Amerika doyan banget sama yang namanya party. Bahkan party udah jadi acara sekolah yang rutin. Ada yang namanya Homecoming party, party dengan maksud menyambut siswa baru yang baru masuk dan siswa lama lainnya sehabis liburan. Ada yang namanya PROM NIGHT, gue yakin lo pada sering denger istilah ini. Mereka juga milih raja dan ratu pesta, dan hal gila lain yang menurut gue itu terlalu berlebihan. Pas gue tanya kenapa mereka suka banget party, mereka jawab karena party itu kegiatan yang ramah lingkungan. Kenapa ramah lingkungan, karena party tidak membutuhkan banyak listrik. Mereka hanya butuh musik dan makanan (butuh WC juga sih sebenernya, tapi ga mau gue sebutin disini soalnya itu udah jadi kebutuhan primer), ga perlu yang namanya lampu.  
Sebenernya masih banyak lagi sifat-sifat buruk remaja Amerika yang ga bisa gue tulis semua (bukannya males, tapi gue lagi ga rajin aja) dan lo bisa cari tau dengan metode yang gue saranin diatas. Selain hal-hal buruk, gue juga mengamati sifat-sifat yang baik dari mereka. Mereka itu punya kepercayaan diri yang tinggi (walaupun jatohnya jadi narsis), mereka juga berisik dan vokal banget (berani menyampaikan pendapat walaupun kadang suka debat dan ngelawan guru) tapi itulah mereka.

        Jadi siswa Amerika itu lumayan cape sebenernya. Banyak kegiatan ini itu, sering diskusi kesana-sini, hangout, termasuk cape karena gue ngomong bahasa inggris mulu. Sempet banget gue cari tukang urut (pijat) buat lidah gue, tapi ga ada. Yaudah kepaksa gue balsemin lidah gue saking pegelnya (besoknya muntah-muntah gue). Tapi selelah apapun, ini pengalaman gue yang mungkin jadi pengalaman sekali seumur hidup. Jujur gue juga seneng, gue manfaatin waktu gue disini buat belajar hal (positif) yang belum gue tau, dan gue bakal terapin di lingkungan gue nanti pas gue pulang.

Feed the Hamster by clicking the picture

share