just song

Boyce Avenue Ft. Fifth Harmony - Mirrors (Cover)

Powered by www.Mp3Olimp.net

Kamis, 17 Mei 2012

American Stuff


Ngomongin masalah "American Stuff" atau barang-barang yang ada di Amerika dan membandingkannya dengan barang-barang produksi Indonesia, menurut gue merupakan salah satu topik yang sangat bagus untuk dibahas dan dikupas tajam, setajam SILET !!! (udah mirip infotainment aja...). Tapi ga usah tajem-tajem deh, kita liat aja topik ini dari sudut pandang secara umumnya aja. Apa yang gue liat dan gue denger selama ini, banyak sekali masyarakat di Indonesia terlalu mendewakan barang-barang yang diimpor dari negeri paman Sam ini. Gue ga tau kenapa ya, tapi mungkin karena popularitas barang-barang dari Amerika yang terkenal dengan model-modelnya yang elegan dengan bahan-bahan yang berkualitas, menjadikan barang produksi Indonesia tersingkir. Bicara tentang model, berarti terikat dengan hal-hal yang berbau garmen atau baju-baju. Banyak sekali, ibu-ibu atau remaja-remaja putri (kebanyakan kalangan wanita, karena cowo biasanya kurang begitu peduli dengan penampilan, kecuali BoyBand) mereka akan bangga jika mereka memakai salah satu fashion item dari negeri paman sam tersebut. Tapi faktanya, barang-barang buatan Indonesia yang di ekspor ke Amerika, ternyata tidak kalah hebatnya. Kebanyakan warga Amerika, atau suku "Bule" ini sangat mengenal Indonesia dari Balinya. Kain Bali, batik Bali, barang-barang tersebut banyak sekali diminati oleh ibu-ibu arisan di Amerika (walaupun sebenernya gue ngga tau kalau di Amerika ada arisan atau ngga). Fashion item yang lainnya, sepatu contohnya, gue pernah nemuin di salah satu toko sepatu di sebuah mall besar di daerah rumah gue, gue nemu sepatu seharga $102 (kurang lebih Rp. 900.000 atau lebih) dan di boxnya tertulis "Made In Indonesia". Setelah melihat barang-barang tersebut, gue jadi mikir, kita seharusnya bisa lebih meningkatkan konsumsi pada barang dalam negeri ketimbang cape-cape, jauh-jauh, mahal-mahal beli barang dari luar negeri. Barang-barang Indonesia juga ngga jelek-jelek amat ko.
Kebutuhan primer lainnya selain pakaian adalah makanan. Banyak juga masyarakat di Indonesia yang ngga puas sama makanan khas negaranya sendiri. Ketimbang makan T3 (Tahu, Tempe, Teri) banyak sekali masyarakat kita yang lebih memilih makan burger, pizza, spagetti (gue juga suka sih sebenernya, tapi karena disini gue membela produk bangsa, gue harus pura-pura ngga suka. Tapi jangan kasih tau pembaca). Terus sebenernya, banyak juga makanan bangsa barat ini yang disangkut-pautkan dengan ANJING (biasa aja baca anjingnya). Contoh, Hot-DOG, Corn-DOG, Chilli-DOG, dan DOG-DOG yang lainnya. Ini sebenernya apa? Ini makanan barat apa makanan orang BATAK? Please deh guys, lo mendingan makan urap, lalap, teri, tahu, tempe, dan sebagainya ketimbang makanan dari barat yang ngga konsisten. Katanya Hot-DOG, tapi ko isinya sosis sapi? Kenapa bukan Sosis anjing? Terus lagi, makanan-makanan diatas itu sering disebut "Junk Food" yang berarti "Makanan Sampah". Lo tega masukin sampah ke perut lo? Mendingan juga "Jang Food" atau "Makanan buat si uJang" yang T3 tadi (halah, apasih!?)
Satu hal lagi, dari toko-toko pengusaha bangsa Amerika yang ada di Indonesia. Gue baru tau sekarang, kenapa mereka meng-invest toko-toko ini di Indonesia. Seven-Eleven dan Circle K deh contohnya. Gue bingung, kenapa di Indonesia, mini-market Amerika ini sangat digemari oleh remaja-remaja dan biasanya rame banget dan asik buat tempat nongkrong. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang gue liat di Amerika langsung. Yang namanya Seven-Eleven dan Circle K di Amerika, itu udah kaya Indomart dan Alfamart, sepiii banget... Ternyata mereka sendiri bisa dibilang terabaikan di Amerika. Mungkin kalau Alfamart sama Indomart buka cabang di Amerika, bisa sukses juga kali yaa (amiin...). Gue juga udah jarang liat yang namanya A&W (dibaca AW yang artinya American Warteg) di Amerika sendiri. Tapi kalau di Indonesia ko banyak dan laku banget ya? Mendingan makan di warteg-warteg biasa aja lah kalau judulnya sama-sama warteg.

Pesannya, cobalah kita mulai membuka pikiran kita, sebagai masyarakat bangsa Indonesia yang baik dan menghargai serta mengkonsumsi produk-produk dalam negeri. Cobalah kita terapkan moto iklan MASPION, "Cintailah produk-produk INDONESIA", walaupun yang ngomong sebenernya orang Cina, tapi ngga apa-apa, mari kita mulai mengkonsumsi dan bangga akan produk dalam negeri.

American Education System

Berhubung gue adalah seorang siswa program pertukaran pelajar yg tugasnya nimba air (eh belajar maksudnya), jadi gue mau ngebahas tentang perbandingan mengenai pendidikan yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Amerika dengan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Sempet durhaka juga gue, karena topik ini seharusnya menjadi topik pertama yang gue tulis di blog ini. Karenanya, banyak sekali yang mengira kalau gue cuma jalan-jalan dan main-main aja. Sebenernya itu ngga salah juga, tapi gue di Amerika juga sekolah dan belajar. Mungkin untuk topik ini gue ngga bakalan nyelipin banyak hal-hal yang lucu, karena ini merupakan topik yang cukup serius.


Bicara masalah pendidikan memang cukup menarik, apalagi bagi gue dan ke 69 temen gue (69? angka yg bikin rada gimana gitu) lainnya yang ikut bareng gue ke Amerika. Nah, kalau bicara soal pendidikan di Amerika, ternyata memang ngga jauh berbeda dengan apa yang biasa kita lihat di film-film produksi Amerika. Bener banget guys, sekolah di Amerika bisa dibilang cukup mudah (bagi orang Amerika, soalnya buat gue tetep aja susah karena kadang otak gue lama banget loadingnya buat translate bahasa mereka) dan juga bebas (pake baju bebas, pacaran bebas, dan hal-hal bebas yang lainnya). Untuk mata pelajaran, sekolah-sekolah di Amerika mempersilahkan para muridnya untuk memilih mata pelajaran apa yang sekiranya mau mereka pelajari dan bermanfaat untuk mereka saat mencari pekerjaan. Namun, yang namanya matematika tetep mereka anjurkan dan bisa dibilang menjadi pelajaran yang wajib diambil karena syarat masuk perguruan tinggi. 


Satu hal enak banget tentang pendidikan di Amerika, siswa-siswi disini ngga usah repot-repot, panik, atau rusuh mukirin soal Ujian Nasional (UN). Soalnya di Amerika ngga ada yang namanya UN. Ada sih ujian yang sifatnya dari pemerintah state gitu dan itu diadakan secara online setiap akhir semester. Tapi kalau mereka gagal misalnya, mereka masih dikasih kesempatan untuk remedial dan ngga perlu sampai stres harus ngulang satu tahun lagi kalau gagal. Di Amerika juga, sekolah memang dijadikan sarana nomer satu penunjang kerja. Di sekolah gue contohnya, ada satu mata pelajaran yang bernama "Senior Project". Ini adalah kelas dimana semua anak kelas 12 SMA atau senior, diharuskan membuat sebuah rencana kerja untuk mereka ketika lulus nanti. Bisa dibilang semacam Praktek Kerja Lapangan (PKL), tapi disini murid-muridnya harus terjun langsung dan bekerja sebagai karyawan sementara. Contoh, salah satu temen gue berencana untuk menjadi seorang tukang salon. Dia harus membuat proposal, surat lamaran kerja, dan presentasi yang membuktikan bahwa dia pantes buat kerja di salon. Lalu, setelah dia mendatangi beberapa salon, ada salah satu salon yang tertarik untuk membantu dan membimbing dia dalam proyek kerjanya. Dia diberi kesempatan untuk bekerja di salon tersebut selama 3 minggu (2 hari/minggu) dan di akhir masa kerjanya dia harus memberikan presentasi mengenai apa yang telah dia lakukan dan rencana apa yang akan dia lakukan kedepannya. Jadi intinya, siswa-siswi disini bisa langsung dapet kerja walaupun mereka cuma lulusan SMA. Tapi tetep aja, kebanyakan dari mereka memilih untuk masuk ke universitas dibanding langsung terjun ke dunia pekerjaan.


Kuliah??
Bicara masalah universitas, ada satu hal yang menarik juga. Di Amerika, siswa-siswi yang rajin bisa langsung mengambil beberapa mata pelajaran di universitas yang akan dia masuki walaupun dia masih di high school dan belum lulus. Kakak angkat temen gue contohnya. Tahun seniornya dia habiskan untuk belajar di University of Oregon setiap sore setelah dia pulang dari high school dan pada saat weekend. Walhasil, setelah dia lulus dari high school, dia hanya perlu waktu satu tahun untuk menyelesaikan kuliahnya karena kebanyakan mata pelajaran di universitas tersebut udah dia ambil.

Sangat fleksibel sekali sistem pendidikan yang ada di Amerika, sehingga membuat siswa-siswinya senang untuk belajar tanpa adanya rasa tekanan. Mudah-mudahan aja, Indonesia beberapa tahun yang akan datang dapat menerapkan sistem yang lebih fleksibel dan tidak terlalu menekan para pelajarnya. Amiiin.

Feed the Hamster by clicking the picture

share